Senin, 16 Juli 2012

PEDOGENESIS






LAPORAN FIELD TRIP
PEDOGENESIS DAN KLASIFIKASI TANAH








Oleh :
REDY PRAHARYANTO
091510501044







PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
 UNIVERSITAS JEMBER
2012

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
            Tanah merupakan hasil evolusi dan mempunyai susunan teratur yang unik dan terdiri dari lapisan–lapisan atau horison yang berkembang secara genetik. Proses–proses pembentukan perkembangan horison dapat dilihat sebagai penambahan, pengurangan, perubahan atau translokasi. Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran, penopang tegak tumbuhnya tanaman dan menyuplai kebutuhan air dan udara. Secara kimiawi tanah berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi (senyawa organik dan anorganik sederhana dan unsur-unsur esensial seperti: N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl); dan secara biologi berfungsi sebagai habitat biota (organisme) yang berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacu tumbuh, proteksi) bagi tanaman, yang ketiganya secara integral mampu menunjang produktivitas tanah untuk menghasilkan biomass dan produksi baik tanaman pangan, tanaman obat-obatan, industri perkebunan, maupun kehutanan.
Akan tetapi sifat fisik dan sifat kimia tanah berbeda pada setiap ordonya. Ada yang memiliki kandungan bahan organik tinggi seperti tanah histosol, ada pula tanah yang memiliki kandungan unsur hara yang rendah akibat usianya yang tua seperti tanah ultisol, dan berbagai macam tanah yang memiliki sifat yang berbeda satu sama lainnya. Dari perbedaan tersebut maka tanah-tanah ini dapat di klasifikasikan menurut sifat yang membedakannya, baik itu sifat yang umum (ordo) maupun sifat yang lebih khusus (seri).
Untuk meneliti sifat-sifat tanah di lapangan dan mengklasifikasikannya ke dalam suatu ordo, maka kita dapat melakukan suatu pengamatan melalui profil tanah. Profil tanah adalah penampang melintang (vertikal) tanah yang terdiri dari lapisan tanah (solum) dan lapisan bahan induk. Solum tanah adalah bagian dari profil tanah yang terbentuk akibat proses pembentukan tanah (horizon A dan B). Profil tanah ini umumnya mencapai kedalaman ± 150 cm. Pada pengamatan yang kami lakukan di lapangan, kedalaman profil tanah mencapai ± 176 cm.
            Dengan mengamati profil tanah, kita dapat menganalisa tekstur, struktur, konsistensi, warna tanah, bahan organik, aktivitas fauna, perakaran yang terdapat dalam tanah, dan sebagainya pada suatu wilayah. Dengan mengamati hal-hal di atas, maka kita dapat mengklasifikasikan tanah ke dalam suatu ordo. Pengamatan terdapat profil tanah tidak dapat dilakukan secara individual. Tentunya dalam suatu pengamatan, setiap orang akan berbeda dalam mengkelaskan (misal tekstur dan struktur), dibutuhkan sensitivitas/kejelian setiap orang dalam menginterpretasikan suatu sifat tanah.

1.2  Tujuan
            Untuk mengamati dan mempelajari profil tanah di lapang, serta dapat mengklasifikasikan berbagai jenis tanah berdasarkan ordo tanah pada masing-masing profil tanah yang diamati.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi tanah adalah ilmu yang mempelajari cara-cara membedakan sifat-sifat tanah satu sama lain, dan mengelompokkan tanah ke dalam kelas-kelas tertentu berdasarkan atas kesamaan sifat yang dimiliki. Dalam mengelompokkan tanah diperlukan sifat dan ciri tanah yang dapat diamati di lapangan dan di laboratorium. Tanah yang diklasifikasikan menurut Soil Survey Staff (1990) didefinisikan sebagai kumpulan benda-benda alam yang terdapat di permukaan bumi, dimodifikasi atau bahkan dibuat oleh manusia dari bahan-bahan yang berasal dari tanah, mengandung jasad hidup serta mampu mendukung tanaman atau tumbuh-tumbuhan yang hidup di alam terbuka.  Klasifikasi tanah merupakan bagian dari Pedologi. Pedologi mencakup genesis tanah, klasifikasi tanah dan pemetaan tanah. Ketiga ilmu di atas saling berkaitan, sehingga merupakan suatu rangkaian.(Suharta,1986)
            Tanah merupakan tubuh alam bebas yang dihasilkan oleh interaksi dari faktor-faktor pembentuk tanah seperti : iklim, bahan induk, organisme, relief dan waktu. Sehingga tanah merupakan fungsi dari faktor dan bahan induk, organisme, relief dan waktu dan semua faktor tersebut dapat bervariasi. Oleh karena itu akan terbentuk berbagai jenis tanah yang dapat banyak dengan sifat dan cirinya yang juga dapat beragam. Berkenaan dengan hal tersebut maka tanah perlu digolong-golongkan untuk mempermudah mempelajarinya. Adapun tujuan klasifikasi tanah adalah :
a. Menata pengetahuan tentang tanah.
b. Untuk mengetahui hubungan diantara masing-masing individu tanah.
c. Memudahkan mengingat sifat dan ciri tanah.
d. Mengklasifikasi tanah untuk tujuan yang lebih praktis seperti
     1) menaksir sifat sifat tanah, 2) menetapkan lahan-lahan terbaik, 3) menduga produktivitas tanah dan 4) menentukan wilayah penelitian untuk tujuan agrotechnology transfer‖.
e. Mempelajari hubungan sifat-sifat tanah yang baru (Suwardi,2000)
Karakteristik tanah di lapang dapat dipelajari di lapang melalui pengamatan pemboran atau secara utuh pada profil tanah. Karakteristik tanah yang diamati melalui pemboran lebih sedikit dibanding pengamatan profil, tetapi pengamatan bor penting dalam rangka melihat gambaran umum pengeboran karakteristik tanah di suatu areal sehingga pengamatan profil dapat ditempatkan pada titik-titik yang representatif. Karakteristik tanah yang dapat diamati di lapang melalui pemboran adalah warna, tekstur, dan konsistensi tanah yang kombinasinya merupakan bagian dari penciri horison tanah. Setiap individu tanah harus diklasifikasikan pada masing-masing kategori berdasarkan atas sifat-sifat tanah pembeda yang telah dipilih untuk kategori tersebut. Setiap sifat pembeda yang telah dipilih harus dapat mengklasifikasikan semua individu populasi tersebut. Klasifikasi tanah di bedakan menjadi :
1. Order
Order dibedakan atas sifat-sifat umum tanah yang menentukan pembentukan horison penciri.
2. Sub-Order
Tiap-tiap order dibagi dalam sub-order yang masing-masing mempunyai keseragaman genetik yang lebih besar. Faktor pembatas terutama adalah faktor-faktor yang besar pengaruhnya terhadap sifat-sifat genetik tanah. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah ada tidaknya penggenangan, adanya iklim atau vegetasi, tekstur yang extrem (pasir), kadar allophan atau seskwioksida bebas yang menentukan arah dan kecepatan (derajat) perkembangan tanah.
3. Great Group
Great group dari tiap-tiap sub order terutama ditentukan oleh tidaknya horison penciri serta sifat horison penciri tersebut. Bila dalam satu sub order horison penciri tidak berbeda, maka digunakan penciri lain
4. Subgroup
Subgroup adalah sekumpulan tanah yang di samping memiliki sifat-sifat great groupnya memiliki pula sifat-sifat lain sebagai berikut :
a. Memiliki sifat-sifat lain yang terdapat pada order, suborder great group dari golongan sendiri atau golongan lain.
b. Memiliki sifat-sifat lain yang baru yang tidak terdapat pada order, suborder dan great group tersebut.
5. Famili
Famili adalah bagian dari subgroup berdasarkan atas sifa-sifat tanah yang penting bagi pertumbuhan tanaman. Pembagiannya untuk tiap-tiap subgroup berbeda-beda.
6. Seri
Seri adalah sekumpulan tanah yang mempunyai sifat-sifat dan susunan horison yang sama terutama di bagian bawah lapisan olah. Suatu seri tanah dapat mempunyai perbedaan-perbedaan lereng, tingkat erosi, sifat-sifat lapisan olah dan lain-lain selama faktor-faktor tersebut tidak menyebabkan perbedaan sifat dan susunan horison di bawahnya.(Harjowigeno,2003).
Karakteristik tanah yang dapat diamati di lapang melalui pemboran adalah warna, tekstur, dan konsistensi tanah yang kombinasinya merupakan bagian dari penciri horison tanah.
a.    Warna Tanah
Warna tanah merupakan karakteristik tanah di lapang yang mudah diidentifikasi dan merupakan petunjuk untuk beberapa sifat tanah. Warna hitam biasanya menunjukkan kandungan bahan organik, warna merah menunjukkan adanya oksida besi bebas (tanah-tanah yang teroksidasi), sedangkan warna abu-abu menunjukkan adanya reduksi. Warna tanah berhubungan dengan sifat fisik, kimia dan biologi tanah  (Priyanto,2009).
b.   Tekstur Tanah
Tekstur tanah adalah perbandingan relatif antara fraksi pasir, debu dan liat yang terkandung dalam suatu massa tanah. Fraksi pasir mempunyai ukuran yang lebih besar dari pada debu dan liat. Pasir berukuran 2–0,05 mm, debu berukuran 0,05-0,002 mm, dan liat berukuran <0,002 mm. Penetapan tekstur di lapang dilakukan dengan membasahi massa tanah kemudian dipijit dan dipirid antara ibu jari dan jari telunjuk (Hardjowigeno, 1985).


c.    Konsistensi Tanah
konsistensi tanah merupakan sifat dari tanah yang ditunjukkan dengan derajat kohesi atau adhesi serta ketahanannya terhadap perubahan bentuk. Hal ini ditunjukkan oleh daya tahan tanah terhadap gaya dari luar. Sifat-sifat konsistensi tanah harus disesuaikan dengan kondisi tanah, yaitu apakah dalam keadaan basah, lembab atau kering. Tanah dalam keadaan basah ditetapkan dengan dua parameter, yaitu kelekatan (stickness) dan plastisitas (plasticity) (Suwardi, 2000).
d.    Struktur Tanah
Struktur merupakan gumpalan-gumpalan kecil dari butir-butir tanah yang terjadi karena butir-butir pasir, debu dan liat terikat satu sama lain oleh suatu perekat seperti bahan organik, oksidaoksida besi dan lain-lain. Gumpalan-gumpalan kecil ini mempunyai bentuk, ukuran dan kemantapan (ketahanan) yang berbeda-beda. Apabila unit-unit struktur tersebut tidak terbentuk, maka tanah tersebut dikatakan tidak berstruktur (Suwardi, 2000).

BAB 3. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum lapang mata kuliah Pedogenesis dan Klasifikasi Tanah dilakasanakan di tiga tempat, yaitu daerah Klakah, daerah Probolinggo, dan daerah Malang. Praktikum lapang ini dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 19 Mei 2012 pada pukul 04.30 WIB – selesai.

3.2 Bahan dan Alat
3.2.1 Bahan
1.    HCl
2.    Aquadest
3.    H2O2
4.    Tanah
5.    Batuan

3.2.2 Alat
1.    Cangkul
2.    Bor
3.    Meteran
4.    Linggis
5.    Munshle Soil Colour card
6.    Pisau lapang

3.1    Cara Kerja
1.      Mengebor tanah, mencungkil atau mencangkul tanah apabila diperlukan, untuk mendapatkan profil tanah
2.      Mengamati profil tanah, warna tanah, tekstur, struktur, bahan induk, vegetasi sekitar, serta kondisi iklim sekitar
3.      Mengukur kedalaman profil tanah, beserta masing-masing horison yang terbentuk pada profil tersebut
4.      Menetesi HCl untuk menduga keberadaan konkresi kapur, dan menetesi dengan H2O2 untuk menduga adanya konkresi bahan organik
5.      Menduga ordo tanah berdasarkan hasil pengamatan tersebut
6.      Menuliskan dalam bentuk laporan lapang tertulis



BAB 4. PEMBAHASAN
Pada praktikum lapang minggu lalu mengenai pengamatan profil tanah dan sifat-sifat tanah di lapang, dilakukan dengan mengamati 8 titik pengamatan dimana semua titik-titik pengamatan tersebut mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Pada lokasi yang 1 terletak didaerah klakah, dimana pada titi tersebut terdapat profil tanah. Dari profil tersebut didapatkan hasil bahwa tanah tersebut bahan induknya berasal dari abu vulkanik gunung tengger dan gunung lamongan, tanah tersebut mempunyai tekstur sandy loam dan strukturnya remah. Pada waktu pengamatan kondisi tanahnya jenuh dngan air, sehingga warna tanahnya bagian atas atau pada horison A berwarna kelabu kehitaman sedangkan pada bagian bawah atau horison B berwarna kelanu kecoklatan. Tanah ini baru mengalami pelapukan awal sehingga sudah terbentuk horison B namun batasannya dengan horison A belum terlihat jelas. Sudah terdapat kandungan lempung dihorison B, sehingga tanah ini dimasukkan dalam ordo tanah inceptisol. Tanah inceptisol ini merupakan jenis tanah di wilayah humida yang mempunyai horizon teralterasi, tetapi tidak menunjukkan adanya iluviasi, eluviasi dan pelapukan yang eksterm. Tanah ini sudah lebih berkembang dibandingkan dengan Entisols. Tanah ini mempunyai horizon penciri berupa horizon cambic yang merupakan horizon alterasi yang ketebalannya 15 cm atau lebih, mempunyai tekstur pasir sangat halus, pasir sangat halus berlempung, atau yang lebih halus, dan menunjukkan gejala-gejala bukti adanya alterasi dalam bentuk mempunyai struktur tanah atau tidak memiliki struktur batuan pada lebih dari setengah volume tanah dan mempunyai kandungan lempung lebih tinggi dari horizon yang berada di bawahnya. Disisi lain tanah ini mempunyai sifat penciri lain yaitu mempunyai epipedon okrik. Epipedon okrik tidak memenuhi definisi salah satu dari tujuh epipedon yang lain, karena epipedon ini terlampau kering atau tipis, memiliki value warna atau kroma terlalu tinggi, mengandung terlampau sedikit karbon organik dan bersifat masif. Tanah ini mempunyai kesuburan aktual yang rendah namun mempunyai kesuburan potensial yang tinggi, karena bahan induknya batuan intermedier basaltik, memiliki KTK tinggi dan KB tinggi.
Lokasi yang ke-2 yaitu terletak di daerah Probolinggo, tanah yang diamati merupakan tanah sawah atau kompleks persawahan. Pengamatan dilakukan dengan pengeboran tanah untuk mendapatkan profil tanah. Pengamatan profil tanah menggunakan bor mempunyai kelemahan yaitu struktur tanah yang dibor hancur sehingga tidak dapat dilihat dan terdapat pencampuran-pencampuran. Pengeboran yang dilakukan hanya sampai pada kedalaman 60 cm. Dari hasil pengeboran tersebut dapat diamati bahwa struktur tanah nya adalah blocky halus dan teksturnya clay loam, lebih halus daripada tekstur tanah di daerah klakah. Warna tanah coklat kekelabuan yang menandakan bahwa tanah tersebut miskin oksigen. Pada tanah tersebut terdapat kandungan clay yang cukup tinggi, hal ini karena daerah tersebut merupakan daerah aluvial, dan berada pada dataran rendah, sehingga aliran lambat dan bahan halus mudah diangkat. Bahan induk berasal dari abu vulkanik gunung tengger. Dari hasil analisis profil tanah diketahui bahwa tanah tersebut termasuk dalam ordo tanah inceptisol dan subordonya adalah endoaquept. Sebenarnya pada tanah-tanah sawah sering terdapat karatan, namun pada lokasi pengamatan ini tidak ditemukan adanya karatan, hal ini diduga karena proses penyawahan tidak konsisten. Pada profil tanah bagian bawah berwarna kelabuan, hal ini pengaruh reduksi, sehingga semakin kebawah semakin kelabu.
Lokasi ke-3 merupakan jenis lahan pasang surut. Tanah yang diamati berada di daerah Probolinggo arah ke Bromo. Pada waktu pengamatan kondisi air laut dalam kondisi pasang, sehingga tidak dapat menggali profil tanah namun hanya menduga saja. Tanah ini berasal dari bahan induk sedimen aluvium marin dan berlapis-lapis. Tanah ini merupakan tanah mudah yang belum mengalami pelapukan, sehingga masuk kedalam ordo tanah entisol dan subordonya adalah endoaquent. Bahan induk berasal dari abu vulkanik gunung tengger dan sedimentasi dari air laut yang mengendap didalam tanah. Pelapukan tanah lambat karena kondisinya adalah reduktif sehingga tanah ini merupakan tanah mudah atau disebut juga tanah entisol. Didalam tanah ini terdapat kandungan pirit namun tidak terlalu banyak atau kandungannya rendah sehingga belum tentu masuk kedalam sulfaquent. Jika tanah ini didrainase air tanahnya, maka tanah akan mengalami pematangan sifat fisik tanah dan akan terbentuk jarosit. Vegetasi yang dominan pada tanah ini adalah mangrove, sehingga pada tanah ini terjadi tumpukan sisa vegetasi dan terjadi proses dekomposisi yang setengah sempurna karena kondisinya reduktif. Tanah ini mempunyai kesuburan potensial yanag tinggi karena adanya formasi vulkanik.
Lokasi ke-4 terdapat juga didaerah Probolinggo. Tanah yang diamati merupakan tanah yang akan dibangun. Tanah ini bahan induknya berasal dari tuf vulkanik gunung Tengger, dan bukan dari gunung bromo. Pada lokasi pengamatan topografinya bergelombang dan memiliki iklim sub humid semi arid . Proses pelapukan agak lambat terutama pencucian mineral-mineral silikat tidak dapat tercuci secara sempurna. Hal ini karena iklimya cukup kering namun curah hujannya relatif rendah. Tanah tersebut kaya dengan basa-basa karena bahan induknya berasal dari tuf vulkanik gunung tengger, dan mineral sekunder yang terbentuk adalah monmorilonit, terdapat crack namun crack yang terbentuk tidak terlalu besar karena mineral sekunder yang terbentuk adalah campuran dari clay tipe 2:1 dan tipe 1:1. Pada tanah yang diamati juga terdapat cermin sesar, hal ini akibat dari gesekan-gesakan antar lempung atau struktur tanah. Tanah yang di amati berwarna merah kekuningan sehingga termasuk dalam mediteran merah kuning dan jika dilihat dalam kunci taksonomi tanah termasuk dalam ordo tanah alfisol. Tanah ini mempunyai horison argilik. Horison Argilik secara normal merupakan suatu horizon bawah permukaan dengan kandungan liat phylosilikat secara jelas lebih tinggi daripada bahan tanah yang terletak diatasnya. Horizon tersebut menunjukkan adanya gejala iluviasi liat. Ada tidaknya bukti iluviasi liat berupa selaput liat (clay skin) pada horison penimbunan liat, merupakan salah satu dasar dalam identifikasi horison argilik atau bukan argilik. Horizon arglik terbentuk dibawah permukaan tanah, tetapi dikemudian hari akibat erosi, horizon ini dapat tersingkap dibawah tanah.
Lokasi ke-5 juga terletak didaerah Probolinggi dan tidak jauh dari lokasi pengamatan ke 4. Bahan induk dan lingkungan yanag mempengaruhi proses pembentukan tanah dan pelapukannya hampir sama dengan yang terjadi pada lokasi ke-4. Namun pada lokasi ke-5 ini daerahnya lebih rendah daripada lokasi ke-4. Pada lokasi ke-5 ini ditemukan profil tanah, dimana pada profil tersebut dapat diketahui bahwa tanah tersebut mempunyai rumus horison A-C. Horison A berwarna kekuningan, sedangkan horison C merupakan lapisan padas yang ketebalnnya/kedalamannya lebih dari 1 meter. Padas yang terbentuk merupakan padas duripan. Duripan adalah suatu horison bawah permukaan tersementasi silika dengan atau tanpa senyawa sementasi tambahan. Duripan dapat terbentuk bersama dengan horison petrokalsik. Untuk mineral sekunder yang terbentuk sama dengan pada lokasi ke-4 yaitu montmorilonit, dengan iklim sub humid semi arid.
Lokasi ke-6 juga berada didaerah Probolinggo. Daerahnya lebih rendah dari pada di lokasi 4 dan 5. Pada lokasi pengamatan ke-6 ini merupakan tanah vertisol hitam. Pada tanah ini terdapat gejala cauliflower dan ada gejala gelgei tapi lemah karena solum tanahnya dangkal. Didekat lokasi pengamatan terdapat crack namun kedalamannya tidak mencapai 50cm sehingga hanya dapat dikatakan sebagai gejala vertik. Tanah yang diamati berwarna hitam, dan pada saat pengamatan dilakukan identifikasi kadar bahan organik dan adanya konkresi kapur. Pada saat penetesan H2O2 ternyata tanah tersebut mengalami pembuihan dan terlihat jelas atau buihnya banyak, sehingga dapat dikatakan bahwa kadar bahan organiknya tinggi. Pada saat penetesan HCl ternyata tanah tersebut mengalami pembuihan juga dan buihnya banyak, sehingga dapat dikatakan bahwa pada tanah tersebut terdapat konkresi kapur. Dari hasil pengamatan tersebut dapat diketahui bahwa tanah tersebut mempunyai KTK yang sangat tinggi dan KB juga tinggi, bahan induknya juga dapat diduga yaitu bahan induk intermedier basaltik.sehingga kesuburannya juga tinggi.
Lokasi ke-7 juga berada didaerah Probolinggo. Daerah ke-7 ini tidak jauh dari daerah pengamatan pada lokasi ke-6. Kondisi lingkungan dan iklim yang ada pada pada lokasi ke-7 ini hampir sama dengan lokasi ke-6, yaitu memiliki iklim sub humid semi arid. Hanya saja pada lokasi ke-7 ini vegetasinya adalah rerumputan dan tanaman mindi, selain itu pada lokasi ini terdapat gejala gelgei yang lebih besar dari pada di lokasi pengamanatan ke-6. Gelgei yang terbentuk sampai membentuk sebuah gundukan yang terlihat jelas. Dibeberapa titik pada lokasi ini juga terdapat crack, namun crack yanag terbentuk lebih dalam daripada di lokasi ke-6. Kedalaman cracknya sekitar + 50 cm. Tanah ini termasuk kedalam ordo tanah vertisol. Tanah vertisol merupakan tanah yang dapat mengembang dan mengerut. Dalam keadaan kering dijumpai retkan yang lebar dan dalam. Tanah ini termasuk jenis yang unik diantara tanah mineral yang berkembang dari batuan kapur. Keberadaan mineral montmorilonit menyebabkan tanah ini mampu mengembang dan mengkerut. Pada musim penghujan akan mengembang, sementara pada musim kemarau tanah akan kering dan retak-retak. Kaya akan lempung, relatif memiliki pH netral sampai alkalin.
Lokasi ke-8 berada di daerah Malang, yaitu di daerah Batu tepatnya. Tanah ini mempunyai warna hitam dibagian atasnya dan dibagian bawahnya mempunyai warna coklat terang. Tanah ini mempunyai struktur tanah yang remah karena didominasi oleh pori mikro sampai meso. Bahan induk dari tanah ini berasal dari abu vulkanik gunung kawi dan hasil dekomposisi sisa-sisa tanaman. Bahan induknya bersifat intermedier basaltik.  Tanah ini didominasi oleh mineral lempung alofan, sehingga pH tanah tidak terlalu rendah yaitu sekitar pH 6 dan memiliki kejenuhan basa yang tinggi. Problema dari tanah ini adalah kemampuan dalam fiksasi P sangat tinggi karena didominasi mineral lempung Al(OH)3, sehingga untuk upaya pengelolaannya lebih diperhatikan dalam upaya penyediaan unsur P. Pada waktu pengamatan dilakukan penetesan menggunakan H2O2 pada tanah tersebut, namun tidak mengalami reaksi. Hal ini bisa saja diakibatkan karena bahan organik yang terbentuk sudah rusak akibat adanya pembakaran atau larutan H2O2 nya yang rusak akibat terkena panas waktu di daerah Probolinggo. Dalam klasifikasi yang lama lapisan atas yang berwarna gelap dinamakan horison A1 dan horison dibahwanya adalah B, namun pada klasifikasi yang baru dianggap andik propertis yaitu mempunyai sifat memfiksasi P, mempunyai bulk density yang rendah dan mempunyai sifat sotropik yaitu apabila dipencet keluar air, selain itu mempunyai semiarie seperti keluar sabunnya waktu dipencet. Pada tanah ini juga terdapat epipedon umbrik. Epipedon umbrik tersusun dari bahan tanah mineral dan mempunyai sifat sifat yaitu apabila kering unit unit struktur dengan diameter 30 cm atau kurang, kelas resistensi pecah tergolong agak keras, warna dengan kroma 3, dan kejenuhan basa kurang dari 50%.

BAB 5. KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan profil tanah di lapangan didapatkan kesimpulan bahwa :
1.    Untuk mengenali dan mengetahui sifat-sifat tanah dan karakteristik suatu tanah maka kita harus mengamati profil tanah di lapang
2.    Pengamatan profil tanah beserta proses-proses pembentukannya dapat digunakan sebagai indikator untuk mengklasifikasikan tanah berdasarkan ordo, sub ordo maupun seri tanah
3.    Dari hasil pengamatan dilapang pada 8 titik pengamatan didapatkan ordo tanah lokasi 1 adalah inceptisol, lokasi 2 adalah inceptisol, lokasi 3 adalah entisol, lokasi 4 adalah alfisol, lokasi 5 vertiso merah, lokasi 6 dan 7 adalah vertisol hitam, dan lokasi 8 adalah andisol.
4.    Bahan induk tanah, iklim, topografi, organisme, serta waktu yang berbeda menghasilkan tanah dengan sifat dan karakter yang berbeda
5.    Tanah dengan sifat dan karakteristik yang berbeda mempunyai tingkat kesuburan dan pengelolaan yang berbeda. 



DAFTAR PUSTAKA

Hardjowigeno, S. 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. CV. Akademika Pressindo, Jakarta.

Hardjowigeno, S. 1985. Genesis dan Klasifikasi Tanah. Fakultas Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Prasetyo, B.H,  dan Suriadikarta, D.A. 2006. Karakteristik, Potensi, Dan Teknologi Pengelolaan Tanah Ultisol Untuk Pengembangan Pertanian Lahan Kering Di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian, No. 25 Vol: 2.

Priyanto, Budi. 2009. Keragaman Karakteristik Tanah Di Lapang Dan Hubungannya Dengan Pola Spasial Bentuk Lahan Di Agrotechnopark Koleberes, Cianjur.  Departemen Ilmu-ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Soil Survey Staff. 1990. Soil Taxonomy. A Basic System of Soil Classification for Making and Interpreting Soil Survey. Soil conserv, service, USDA Hanb. U. S. Gov. Printing Office, Washington D. C.

Suharta, N. dan Prasetyo, B.H. 1986. Karakterisasi Tanah-tanah berkembang dari batuan granit di Kalimantan Barat. Pemberitaan Penelitian Tanah dan Pupuk 6:51-60

Suwardi dan Wiranegara, H. 2000. Penuntun Praktikum Morfologi dan Klasifikasi Tanah. Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

LAMPIRAN
No
Gambar
Keterangan
1
Tanah inceptisol
(Klakah)
2
Tanah inceptisol
(Tanah sawah)
(Probolinggo)
3
Tanah entisol
(Pasang Surut)
(Probolinggo)
4
Tanah Alfisol
(Mediteran merah kuning)
(Probolinggo)
5
Tanah Vertisol Merah
 (Padas Duripan)
(Probolinggo)
6
Tanah Vertisol hitam
(Probolinggo)
7
Tanah Vertisol hitam
(Probolinggo)
8
Tanah Andisol
(Probolinggo)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar