LAPORAN FIELD TRIP
PEDOGENESIS DAN KLASIFIKASI TANAH
Oleh :
REDY PRAHARYANTO
091510501044
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2012
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanah merupakan hasil evolusi dan mempunyai susunan
teratur yang unik dan terdiri dari lapisan–lapisan atau horison yang berkembang
secara genetik. Proses–proses pembentukan perkembangan horison dapat dilihat
sebagai penambahan, pengurangan, perubahan atau translokasi. Tanah adalah
lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh dan
berkembangnya perakaran, penopang tegak tumbuhnya tanaman dan menyuplai
kebutuhan air dan udara. Secara kimiawi tanah berfungsi sebagai gudang dan
penyuplai hara atau nutrisi (senyawa organik dan anorganik sederhana dan
unsur-unsur esensial seperti: N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl); dan
secara biologi berfungsi sebagai habitat biota (organisme) yang berpartisipasi
aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacu tumbuh,
proteksi) bagi tanaman, yang ketiganya secara integral mampu menunjang
produktivitas tanah untuk menghasilkan biomass dan produksi baik tanaman
pangan, tanaman obat-obatan, industri perkebunan, maupun kehutanan.
Akan tetapi
sifat fisik dan sifat kimia tanah berbeda pada setiap ordonya. Ada yang
memiliki kandungan bahan organik tinggi seperti tanah histosol, ada pula tanah
yang memiliki kandungan unsur hara yang rendah akibat usianya yang tua seperti
tanah ultisol, dan berbagai macam tanah yang memiliki sifat yang berbeda satu
sama lainnya. Dari perbedaan tersebut maka tanah-tanah ini dapat di
klasifikasikan menurut sifat yang membedakannya, baik itu sifat yang umum
(ordo) maupun sifat yang lebih khusus (seri).
Untuk meneliti
sifat-sifat tanah di lapangan dan mengklasifikasikannya ke dalam suatu ordo,
maka kita dapat melakukan suatu pengamatan melalui profil tanah. Profil tanah adalah penampang melintang (vertikal)
tanah yang terdiri dari lapisan tanah (solum) dan lapisan bahan induk. Solum
tanah adalah bagian dari profil tanah yang terbentuk akibat proses pembentukan
tanah (horizon A dan B). Profil tanah ini umumnya mencapai kedalaman ± 150 cm.
Pada pengamatan yang kami lakukan di lapangan, kedalaman profil tanah mencapai
± 176 cm.
Dengan
mengamati profil tanah, kita dapat menganalisa tekstur, struktur, konsistensi,
warna tanah, bahan organik, aktivitas fauna, perakaran yang terdapat dalam
tanah, dan sebagainya pada suatu wilayah. Dengan mengamati hal-hal di atas,
maka kita dapat mengklasifikasikan tanah ke dalam suatu ordo. Pengamatan
terdapat profil tanah tidak dapat dilakukan secara individual. Tentunya dalam
suatu pengamatan, setiap orang akan berbeda dalam mengkelaskan (misal tekstur
dan struktur), dibutuhkan sensitivitas/kejelian setiap orang dalam menginterpretasikan
suatu sifat tanah.
1.2 Tujuan
Untuk mengamati dan mempelajari profil tanah di lapang,
serta dapat mengklasifikasikan berbagai jenis tanah berdasarkan ordo tanah pada
masing-masing profil tanah yang diamati.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi tanah adalah ilmu yang mempelajari
cara-cara membedakan sifat-sifat tanah satu sama lain, dan mengelompokkan tanah
ke dalam kelas-kelas tertentu berdasarkan atas kesamaan sifat yang dimiliki.
Dalam mengelompokkan tanah diperlukan sifat dan ciri tanah yang dapat diamati
di lapangan dan di laboratorium. Tanah yang diklasifikasikan menurut Soil
Survey Staff (1990) didefinisikan sebagai kumpulan benda-benda alam yang
terdapat di permukaan bumi, dimodifikasi atau bahkan dibuat oleh manusia dari
bahan-bahan yang berasal dari tanah, mengandung jasad hidup serta mampu
mendukung tanaman atau tumbuh-tumbuhan yang hidup di alam terbuka. Klasifikasi tanah merupakan bagian dari
Pedologi. Pedologi mencakup genesis tanah, klasifikasi tanah dan pemetaan
tanah. Ketiga ilmu di atas saling berkaitan, sehingga merupakan suatu rangkaian.(Suharta,1986)
Tanah merupakan tubuh alam bebas yang dihasilkan oleh
interaksi dari faktor-faktor pembentuk tanah seperti : iklim, bahan induk,
organisme, relief dan waktu. Sehingga tanah merupakan fungsi dari faktor dan
bahan induk, organisme, relief dan waktu dan semua faktor tersebut dapat
bervariasi. Oleh karena itu akan terbentuk berbagai jenis tanah yang dapat
banyak dengan sifat dan cirinya yang juga dapat beragam. Berkenaan dengan hal
tersebut maka tanah perlu digolong-golongkan untuk mempermudah mempelajarinya. Adapun
tujuan klasifikasi tanah adalah :
a. Menata pengetahuan
tentang tanah.
b. Untuk mengetahui hubungan
diantara masing-masing individu tanah.
c. Memudahkan mengingat sifat
dan ciri tanah.
d. Mengklasifikasi tanah
untuk tujuan yang lebih praktis seperti
1) menaksir sifat sifat tanah, 2)
menetapkan lahan-lahan terbaik, 3) menduga produktivitas tanah dan 4) menentukan
wilayah penelitian untuk tujuan agrotechnology transfer‖.
e. Mempelajari hubungan
sifat-sifat tanah yang baru (Suwardi,2000)
Karakteristik tanah di lapang dapat dipelajari di
lapang melalui pengamatan pemboran atau secara utuh pada profil tanah.
Karakteristik tanah yang diamati melalui pemboran lebih sedikit dibanding
pengamatan profil, tetapi pengamatan bor penting dalam rangka melihat gambaran
umum pengeboran karakteristik tanah di suatu areal sehingga pengamatan profil
dapat ditempatkan pada titik-titik yang representatif. Karakteristik tanah yang
dapat diamati di lapang melalui pemboran adalah warna, tekstur, dan konsistensi
tanah yang kombinasinya merupakan bagian dari penciri horison tanah. Setiap
individu tanah harus diklasifikasikan pada masing-masing kategori berdasarkan
atas sifat-sifat tanah pembeda yang telah dipilih untuk kategori tersebut. Setiap
sifat pembeda yang telah dipilih harus dapat mengklasifikasikan semua individu
populasi tersebut. Klasifikasi tanah di bedakan menjadi :
1. Order
Order dibedakan atas sifat-sifat umum tanah yang
menentukan pembentukan horison penciri.
2. Sub-Order
Tiap-tiap order dibagi dalam sub-order yang
masing-masing mempunyai keseragaman genetik yang lebih besar. Faktor pembatas
terutama adalah faktor-faktor yang besar pengaruhnya terhadap sifat-sifat
genetik tanah. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah ada tidaknya
penggenangan, adanya iklim atau vegetasi, tekstur yang extrem (pasir), kadar
allophan atau seskwioksida bebas yang menentukan arah dan kecepatan (derajat)
perkembangan tanah.
3. Great Group
Great group dari tiap-tiap sub order terutama
ditentukan oleh tidaknya horison penciri serta sifat horison penciri tersebut.
Bila dalam satu sub order horison penciri tidak berbeda, maka digunakan penciri
lain
4. Subgroup
Subgroup adalah sekumpulan tanah yang di samping
memiliki sifat-sifat great groupnya memiliki pula sifat-sifat lain sebagai
berikut :
a. Memiliki sifat-sifat lain
yang terdapat pada order, suborder great group dari golongan sendiri atau
golongan lain.
b. Memiliki sifat-sifat lain
yang baru yang tidak terdapat pada order, suborder dan great group tersebut.
5. Famili
Famili adalah bagian dari subgroup berdasarkan
atas sifa-sifat tanah yang penting bagi pertumbuhan tanaman. Pembagiannya untuk
tiap-tiap subgroup berbeda-beda.
6. Seri
Seri adalah sekumpulan tanah yang mempunyai
sifat-sifat dan susunan horison yang sama terutama di bagian bawah lapisan
olah. Suatu seri tanah dapat mempunyai perbedaan-perbedaan lereng, tingkat
erosi, sifat-sifat lapisan olah dan lain-lain selama faktor-faktor tersebut
tidak menyebabkan perbedaan sifat dan susunan horison di
bawahnya.(Harjowigeno,2003).
Karakteristik tanah yang dapat diamati di lapang
melalui pemboran adalah warna, tekstur, dan konsistensi tanah yang kombinasinya
merupakan bagian dari penciri horison tanah.
a. Warna
Tanah
Warna tanah merupakan karakteristik tanah di
lapang yang mudah diidentifikasi dan merupakan petunjuk untuk beberapa sifat
tanah. Warna hitam biasanya menunjukkan kandungan bahan organik, warna merah
menunjukkan adanya oksida besi bebas (tanah-tanah yang teroksidasi), sedangkan
warna abu-abu menunjukkan adanya reduksi. Warna tanah berhubungan dengan sifat
fisik, kimia dan biologi tanah
(Priyanto,2009).
b.
Tekstur
Tanah
Tekstur tanah adalah perbandingan relatif antara
fraksi pasir, debu dan liat yang terkandung dalam suatu massa tanah. Fraksi
pasir mempunyai ukuran yang lebih besar dari pada debu dan liat. Pasir
berukuran 2–0,05 mm, debu berukuran 0,05-0,002 mm, dan liat berukuran <0,002
mm. Penetapan tekstur di lapang dilakukan dengan membasahi massa tanah kemudian
dipijit dan dipirid antara ibu jari dan jari telunjuk (Hardjowigeno, 1985).
c.
Konsistensi
Tanah
konsistensi tanah merupakan sifat dari tanah yang
ditunjukkan dengan derajat kohesi atau adhesi serta ketahanannya terhadap
perubahan bentuk. Hal ini ditunjukkan oleh daya tahan tanah terhadap gaya dari
luar. Sifat-sifat konsistensi tanah harus disesuaikan dengan kondisi tanah,
yaitu apakah dalam keadaan basah, lembab atau kering. Tanah dalam keadaan basah
ditetapkan dengan dua parameter, yaitu kelekatan (stickness) dan plastisitas
(plasticity) (Suwardi, 2000).
d.
Struktur Tanah
Struktur merupakan gumpalan-gumpalan kecil dari
butir-butir tanah yang terjadi karena butir-butir pasir, debu dan liat terikat
satu sama lain oleh suatu perekat seperti bahan organik, oksidaoksida besi dan
lain-lain. Gumpalan-gumpalan kecil ini mempunyai bentuk, ukuran dan kemantapan
(ketahanan) yang berbeda-beda. Apabila unit-unit struktur tersebut tidak
terbentuk, maka tanah tersebut dikatakan tidak berstruktur (Suwardi, 2000).
BAB 3. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum lapang mata kuliah Pedogenesis dan Klasifikasi Tanah dilakasanakan di tiga tempat, yaitu daerah Klakah, daerah Probolinggo, dan
daerah Malang. Praktikum lapang ini dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 19 Mei 2012 pada pukul 04.30 WIB – selesai.
3.2 Bahan dan Alat
3.2.1 Bahan
1. HCl
2. Aquadest
3. H2O2
4. Tanah
5. Batuan
3.2.2 Alat
1. Cangkul
2. Bor
3. Meteran
4. Linggis
5. Munshle Soil Colour card
6. Pisau lapang
3.1
Cara Kerja
1.
Mengebor tanah, mencungkil atau mencangkul tanah apabila
diperlukan, untuk mendapatkan profil tanah
2.
Mengamati profil tanah, warna tanah, tekstur, struktur, bahan
induk, vegetasi sekitar, serta kondisi iklim sekitar
3.
Mengukur kedalaman profil tanah, beserta masing-masing
horison yang terbentuk pada profil tersebut
4.
Menetesi HCl untuk menduga keberadaan konkresi kapur, dan
menetesi dengan H2O2 untuk menduga adanya konkresi bahan
organik
5.
Menduga ordo tanah berdasarkan hasil pengamatan tersebut
6.
Menuliskan dalam bentuk laporan lapang tertulis
BAB 4. PEMBAHASAN
Pada praktikum lapang minggu
lalu mengenai pengamatan profil tanah dan sifat-sifat tanah di lapang,
dilakukan dengan mengamati 8 titik pengamatan dimana semua titik-titik
pengamatan tersebut mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Pada lokasi yang
1 terletak didaerah klakah, dimana pada titi tersebut terdapat profil tanah.
Dari profil tersebut didapatkan hasil bahwa tanah tersebut bahan induknya
berasal dari abu vulkanik gunung tengger dan gunung lamongan, tanah tersebut
mempunyai tekstur sandy loam dan strukturnya remah. Pada waktu pengamatan
kondisi tanahnya jenuh dngan air, sehingga warna tanahnya bagian atas atau pada
horison A berwarna kelabu kehitaman sedangkan pada bagian bawah atau horison B
berwarna kelanu kecoklatan. Tanah ini baru mengalami pelapukan awal sehingga
sudah terbentuk horison B namun batasannya dengan horison A belum terlihat
jelas. Sudah terdapat kandungan lempung dihorison B, sehingga tanah ini
dimasukkan dalam ordo tanah inceptisol. Tanah inceptisol ini merupakan jenis
tanah di wilayah humida yang mempunyai horizon teralterasi, tetapi tidak
menunjukkan adanya iluviasi, eluviasi dan pelapukan yang eksterm. Tanah ini
sudah lebih berkembang dibandingkan dengan Entisols. Tanah ini mempunyai
horizon penciri berupa horizon cambic yang merupakan horizon alterasi yang
ketebalannya 15 cm atau lebih, mempunyai tekstur pasir sangat halus, pasir
sangat halus berlempung, atau yang lebih halus, dan menunjukkan gejala-gejala
bukti adanya alterasi dalam bentuk mempunyai struktur tanah atau tidak memiliki
struktur batuan pada lebih dari setengah volume tanah dan mempunyai kandungan
lempung lebih tinggi dari horizon yang berada di bawahnya. Disisi lain tanah
ini mempunyai sifat penciri lain yaitu mempunyai epipedon okrik. Epipedon okrik
tidak memenuhi definisi salah satu dari tujuh epipedon yang lain, karena
epipedon ini terlampau kering atau tipis, memiliki value warna atau kroma
terlalu tinggi, mengandung terlampau sedikit karbon organik dan bersifat masif.
Tanah ini mempunyai kesuburan aktual yang rendah namun mempunyai kesuburan
potensial yang tinggi, karena bahan induknya batuan intermedier basaltik,
memiliki KTK tinggi dan KB tinggi.
Lokasi yang ke-2 yaitu
terletak di daerah Probolinggo, tanah yang diamati merupakan tanah sawah atau
kompleks persawahan. Pengamatan dilakukan dengan pengeboran tanah untuk
mendapatkan profil tanah. Pengamatan profil tanah menggunakan bor mempunyai
kelemahan yaitu struktur tanah yang dibor hancur sehingga tidak dapat dilihat
dan terdapat pencampuran-pencampuran. Pengeboran yang dilakukan hanya sampai
pada kedalaman 60 cm. Dari hasil pengeboran tersebut dapat diamati bahwa
struktur tanah nya adalah blocky halus dan teksturnya clay loam, lebih halus
daripada tekstur tanah di daerah klakah. Warna tanah coklat kekelabuan yang menandakan
bahwa tanah tersebut miskin oksigen. Pada tanah tersebut terdapat kandungan
clay yang cukup tinggi, hal ini karena daerah tersebut merupakan daerah
aluvial, dan berada pada dataran rendah, sehingga aliran lambat dan bahan halus
mudah diangkat. Bahan induk berasal dari abu vulkanik gunung tengger. Dari
hasil analisis profil tanah diketahui bahwa tanah tersebut termasuk dalam ordo
tanah inceptisol dan subordonya adalah endoaquept. Sebenarnya pada tanah-tanah
sawah sering terdapat karatan, namun pada lokasi pengamatan ini tidak ditemukan
adanya karatan, hal ini diduga karena proses penyawahan tidak konsisten. Pada
profil tanah bagian bawah berwarna kelabuan, hal ini pengaruh reduksi, sehingga
semakin kebawah semakin kelabu.
Lokasi ke-3 merupakan jenis
lahan pasang surut. Tanah yang diamati berada di daerah Probolinggo arah ke
Bromo. Pada waktu pengamatan kondisi air laut dalam kondisi pasang, sehingga
tidak dapat menggali profil tanah namun hanya menduga saja. Tanah ini berasal
dari bahan induk sedimen aluvium marin dan berlapis-lapis. Tanah ini merupakan
tanah mudah yang belum mengalami pelapukan, sehingga masuk kedalam ordo tanah
entisol dan subordonya adalah endoaquent. Bahan induk berasal dari abu vulkanik
gunung tengger dan sedimentasi dari air laut yang mengendap didalam tanah.
Pelapukan tanah lambat karena kondisinya adalah reduktif sehingga tanah ini
merupakan tanah mudah atau disebut juga tanah entisol. Didalam tanah ini
terdapat kandungan pirit namun tidak terlalu banyak atau kandungannya rendah
sehingga belum tentu masuk kedalam sulfaquent. Jika tanah ini didrainase air
tanahnya, maka tanah akan mengalami pematangan sifat fisik tanah dan akan
terbentuk jarosit. Vegetasi yang dominan pada tanah ini adalah mangrove,
sehingga pada tanah ini terjadi tumpukan sisa vegetasi dan terjadi proses
dekomposisi yang setengah sempurna karena kondisinya reduktif. Tanah ini
mempunyai kesuburan potensial yanag tinggi karena adanya formasi vulkanik.
Lokasi ke-4 terdapat juga
didaerah Probolinggo. Tanah yang diamati merupakan tanah yang akan dibangun.
Tanah ini bahan induknya berasal dari tuf vulkanik gunung Tengger, dan bukan
dari gunung bromo. Pada lokasi pengamatan topografinya bergelombang dan
memiliki iklim sub humid semi arid . Proses pelapukan agak lambat terutama
pencucian mineral-mineral silikat tidak dapat tercuci secara sempurna. Hal ini
karena iklimya cukup kering namun curah hujannya relatif rendah. Tanah tersebut
kaya dengan basa-basa karena bahan induknya berasal dari tuf vulkanik gunung
tengger, dan mineral sekunder yang terbentuk adalah monmorilonit, terdapat
crack namun crack yang terbentuk tidak terlalu besar karena mineral sekunder
yang terbentuk adalah campuran dari clay tipe 2:1 dan tipe 1:1. Pada tanah yang
diamati juga terdapat cermin sesar, hal ini akibat dari gesekan-gesakan antar
lempung atau struktur tanah. Tanah yang di amati berwarna merah kekuningan
sehingga termasuk dalam mediteran merah kuning dan jika dilihat dalam kunci
taksonomi tanah termasuk dalam ordo tanah alfisol. Tanah ini mempunyai horison
argilik. Horison Argilik secara normal merupakan suatu horizon bawah permukaan
dengan kandungan liat phylosilikat secara jelas lebih tinggi daripada bahan
tanah yang terletak diatasnya. Horizon tersebut menunjukkan adanya gejala
iluviasi liat. Ada tidaknya bukti iluviasi liat berupa selaput liat (clay skin)
pada horison penimbunan liat, merupakan salah satu dasar dalam identifikasi
horison argilik atau bukan argilik. Horizon arglik terbentuk dibawah permukaan
tanah, tetapi dikemudian hari akibat erosi, horizon ini dapat tersingkap
dibawah tanah.
Lokasi ke-5 juga terletak
didaerah Probolinggi dan tidak jauh dari lokasi pengamatan ke 4. Bahan induk
dan lingkungan yanag mempengaruhi proses pembentukan tanah dan pelapukannya
hampir sama dengan yang terjadi pada lokasi ke-4. Namun pada lokasi ke-5 ini
daerahnya lebih rendah daripada lokasi ke-4. Pada lokasi ke-5 ini ditemukan
profil tanah, dimana pada profil tersebut dapat diketahui bahwa tanah tersebut
mempunyai rumus horison A-C. Horison A berwarna kekuningan, sedangkan horison C
merupakan lapisan padas yang ketebalnnya/kedalamannya lebih dari 1 meter. Padas
yang terbentuk merupakan padas duripan. Duripan adalah suatu horison bawah
permukaan tersementasi silika dengan atau tanpa senyawa sementasi tambahan.
Duripan dapat terbentuk bersama dengan horison petrokalsik. Untuk mineral
sekunder yang terbentuk sama dengan pada lokasi ke-4 yaitu montmorilonit,
dengan iklim sub humid semi arid.
Lokasi ke-6 juga berada
didaerah Probolinggo. Daerahnya lebih rendah dari pada di lokasi 4 dan 5. Pada
lokasi pengamatan ke-6 ini merupakan tanah vertisol hitam. Pada tanah ini
terdapat gejala cauliflower dan ada gejala gelgei tapi lemah karena solum
tanahnya dangkal. Didekat lokasi pengamatan terdapat crack namun kedalamannya
tidak mencapai 50cm sehingga hanya dapat dikatakan sebagai gejala vertik. Tanah
yang diamati berwarna hitam, dan pada saat pengamatan dilakukan identifikasi
kadar bahan organik dan adanya konkresi kapur. Pada saat penetesan H2O2
ternyata tanah tersebut mengalami pembuihan dan terlihat jelas atau buihnya
banyak, sehingga dapat dikatakan bahwa kadar bahan organiknya tinggi. Pada saat
penetesan HCl ternyata tanah tersebut mengalami pembuihan juga dan buihnya
banyak, sehingga dapat dikatakan bahwa pada tanah tersebut terdapat konkresi
kapur. Dari hasil pengamatan tersebut dapat diketahui bahwa tanah tersebut
mempunyai KTK yang sangat tinggi dan KB juga tinggi, bahan induknya juga dapat
diduga yaitu bahan induk intermedier basaltik.sehingga kesuburannya juga
tinggi.
Lokasi ke-7 juga berada
didaerah Probolinggo. Daerah ke-7 ini tidak jauh dari daerah pengamatan pada
lokasi ke-6. Kondisi lingkungan dan iklim yang ada pada pada lokasi ke-7 ini
hampir sama dengan lokasi ke-6, yaitu memiliki iklim sub humid semi arid. Hanya
saja pada lokasi ke-7 ini vegetasinya adalah rerumputan dan tanaman mindi,
selain itu pada lokasi ini terdapat gejala gelgei yang lebih besar dari pada di
lokasi pengamanatan ke-6. Gelgei yang terbentuk sampai membentuk sebuah
gundukan yang terlihat jelas. Dibeberapa titik pada lokasi ini juga terdapat
crack, namun crack yanag terbentuk lebih dalam daripada di lokasi ke-6.
Kedalaman cracknya sekitar + 50 cm. Tanah ini termasuk kedalam ordo
tanah vertisol. Tanah vertisol merupakan tanah yang dapat mengembang dan
mengerut. Dalam keadaan kering dijumpai retkan yang lebar dan dalam. Tanah ini
termasuk jenis yang unik diantara tanah mineral yang berkembang dari batuan
kapur. Keberadaan mineral montmorilonit menyebabkan
tanah ini mampu mengembang dan mengkerut. Pada musim penghujan akan mengembang,
sementara pada musim kemarau tanah akan kering dan retak-retak. Kaya akan
lempung, relatif memiliki pH netral sampai alkalin.
Lokasi ke-8 berada di daerah
Malang, yaitu di daerah Batu tepatnya. Tanah ini mempunyai warna hitam dibagian
atasnya dan dibagian bawahnya mempunyai warna coklat terang. Tanah ini
mempunyai struktur tanah yang remah karena didominasi oleh pori mikro sampai
meso. Bahan induk dari tanah ini berasal dari abu vulkanik gunung kawi dan hasil
dekomposisi sisa-sisa tanaman. Bahan induknya bersifat intermedier
basaltik. Tanah ini didominasi oleh
mineral lempung alofan, sehingga pH tanah tidak terlalu rendah yaitu sekitar pH
6 dan memiliki kejenuhan basa yang tinggi. Problema dari tanah ini adalah
kemampuan dalam fiksasi P sangat tinggi karena didominasi mineral lempung
Al(OH)3, sehingga untuk upaya pengelolaannya lebih diperhatikan dalam upaya
penyediaan unsur P. Pada waktu pengamatan dilakukan penetesan menggunakan H2O2
pada tanah tersebut, namun tidak mengalami reaksi. Hal ini bisa saja
diakibatkan karena bahan organik yang terbentuk sudah rusak akibat adanya
pembakaran atau larutan H2O2 nya yang rusak akibat terkena panas waktu di
daerah Probolinggo. Dalam klasifikasi yang lama lapisan atas yang berwarna
gelap dinamakan horison A1 dan horison dibahwanya adalah B, namun pada
klasifikasi yang baru dianggap andik propertis yaitu mempunyai sifat memfiksasi
P, mempunyai bulk density yang rendah dan mempunyai sifat sotropik yaitu
apabila dipencet keluar air, selain itu mempunyai semiarie seperti keluar
sabunnya waktu dipencet. Pada tanah ini juga terdapat epipedon umbrik. Epipedon
umbrik tersusun dari bahan tanah mineral dan mempunyai sifat sifat yaitu
apabila kering unit unit struktur dengan diameter 30 cm atau kurang, kelas
resistensi pecah tergolong agak keras, warna dengan kroma 3, dan kejenuhan basa
kurang dari 50%.
BAB 5. KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan profil
tanah di lapangan didapatkan kesimpulan bahwa :
1.
Untuk mengenali dan mengetahui sifat-sifat tanah dan
karakteristik suatu tanah maka kita harus mengamati profil tanah di lapang
2.
Pengamatan profil tanah beserta proses-proses pembentukannya
dapat digunakan sebagai indikator untuk mengklasifikasikan tanah berdasarkan
ordo, sub ordo maupun seri tanah
3.
Dari hasil pengamatan dilapang pada 8 titik pengamatan
didapatkan ordo tanah lokasi 1 adalah inceptisol, lokasi 2 adalah inceptisol,
lokasi 3 adalah entisol, lokasi 4 adalah alfisol, lokasi 5 vertiso merah,
lokasi 6 dan 7 adalah vertisol hitam, dan lokasi 8 adalah andisol.
4.
Bahan induk tanah, iklim, topografi, organisme, serta waktu
yang berbeda menghasilkan tanah dengan sifat dan karakter yang berbeda
5.
Tanah dengan sifat dan karakteristik yang berbeda mempunyai
tingkat kesuburan dan pengelolaan yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Hardjowigeno, S.
2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis.
CV. Akademika Pressindo, Jakarta.
Hardjowigeno, S.
1985. Genesis dan Klasifikasi Tanah.
Fakultas Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Prasetyo, B.H,
dan Suriadikarta, D.A. 2006. Karakteristik, Potensi, Dan Teknologi
Pengelolaan Tanah Ultisol Untuk Pengembangan Pertanian Lahan Kering Di
Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian,
No. 25 Vol: 2.
Priyanto, Budi. 2009. Keragaman Karakteristik Tanah Di Lapang Dan
Hubungannya Dengan Pola Spasial Bentuk
Lahan Di Agrotechnopark Koleberes, Cianjur. Departemen
Ilmu-ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Soil Survey Staff.
1990. Soil Taxonomy. A Basic System of
Soil Classification for Making and Interpreting Soil Survey. Soil conserv,
service, USDA Hanb. U. S. Gov. Printing Office, Washington D. C.
Suharta, N. dan Prasetyo, B.H. 1986. Karakterisasi
Tanah-tanah berkembang dari batuan granit di Kalimantan Barat. Pemberitaan
Penelitian Tanah dan Pupuk 6:51-60
Suwardi dan Wiranegara, H. 2000. Penuntun Praktikum Morfologi dan Klasifikasi
Tanah. Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
LAMPIRAN
No
|
Gambar
|
Keterangan
|
1
|
|
Tanah inceptisol
(Klakah)
|
2
|
|
Tanah inceptisol
(Tanah sawah)
(Probolinggo)
|
3
|
|
Tanah entisol
(Pasang Surut)
(Probolinggo)
|
4
|
|
Tanah Alfisol
(Mediteran merah kuning)
(Probolinggo)
|
5
|
|
Tanah Vertisol Merah
(Padas Duripan)
(Probolinggo)
|
6
|
|
Tanah Vertisol hitam
(Probolinggo)
|
7
|
|
Tanah Vertisol hitam
(Probolinggo)
|
8
|
|
Tanah Andisol
(Probolinggo)
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar